Desa Gerbosari 1/10. Hari ini Selasa 1 Oktober 2019 di halaman Kantor Kecamatan Samigaluh dilakukan Uapara Bendera dalam rangka Hari Kesaktian Pancasila. Upacara dipimpin oleh Inspektur Upacara Komandan Rayon Militer (Danramil) Samigaluh dan dihadi oleh Camat Samigaluh, Kapolsek Samigaluh, Kepala KUA Samigaluh, 7 Kepala Desa, Pegawai Negeri Sipil, dilingkungan Samigaluh, Perangkat Desa di Samigaluh dan murid-murid Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Upacara ini mengingatkan kita akan sejarah zaman dulu paska kemerdekaan dimana demokrasi masih sangat mahal, pemerintahan yang berusaha membangun demokrasi banyak kendala rong-rongan dari pihak-pihak yang ingin menggantikan Dasar Negara Pancasila. Sampai puncak rong-rongan yang selalu kita dapatkan pelajaran-pelajaran di sekolah yaitu terjadinya pemberontakan G-30 S PKI, dimana para pemberontak berhasil menculik dan membunuh para Jenderal dan berusaha menumbangkan pemerintahan Repuplik Indonesia. Atas kesigapan para Tentara Nasional Indonesia waktu itu pemberontak berhasil dilumpuhkan dan negara dalam kendali pemerintahan yang sah. Akhirnya pada setiap 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa artinya dalam kebinakaan adat istiadat, keberanekaragaman suku, berbagai jenis agama dan kepercayaan dapat dipersatukan dengan pancasila yang menjung tinggi keanekaragaman di Indonesia. Pancasila yang merupakan 5 dasar menurut Ir Sukarno dapat diperas menjadi trisila yaitu
- Sosio Nasionalisme: mengandung prisip kebangsaan dan perikemanusiaan yang menegaskan pentingnya hubungan antar bangsa atau dasar kemerdekaan dan keadilan yang sesungguhnya.
- Sosio Demokrasi: menegaskan tegaknya keadilan social sebagai syarat terciptanya kesejahteraan sosial
- Ketuhanan yang berkebudayaan: menegaskan tidak boleh ada deskriminasi antar umat beragama, baik agama yang diakui UUD 1945, maupun yang tidak diakui. Karena sebagai makhluk ciptaan tuhan dan mengakui adanya tuhan, seharusnya untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan agama satu dengan yang lain.
Dalam bentuk yang lebih sederhana lagi, Soekarno menawarkan memeras Trisila menjadi satu (Ekasila) yaitu gotongroyong. Gotongroyong mengandung arti bahwa hidup tolong menolong dalam tradisi masyarakat Indonesia, tidak hanya merupakan wujud keterikatan social antar satu dengan yang lain, tetapi lebih dari itu memiliki makna religius spiritual yang sakral.
Pada Upacara pagi tadi petugas membacakan ikrar sebagai berikut:
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami yang melakukan upacara ini menyadari sepenuhnya:
- bahwa sejak diproklamasikan Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 pada kenyataannya telah banyak terjadi rongrongan baik dari dalam negeri maupun luar negeri terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia;
- bahwa rongrongan tersebut dimungkinkan oleh karena kelengahan, kekurangwaspadaan Bangsa Indonesia terhadap kegiatan yang berupaya untuk menumbangkan Pancasila sebagai Ideologi Negara;
- bahwa dengan semangat kebersamaan yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur ideologi Pancasila, Bangsa Indonesia tetap dapat memperkokoh tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia;
maka di hadapan Tuhan Yang Maha Esa dalam memperingati Hari Kesaktian Pancasila, kami membulatkan tekad untuk tetap mempertahankan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai sumber kekuatan menggalang kebersamaan untuk memperjuangkan, menegakkan kebenaran dan keadilan demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Red-wit