You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Kalurahan Gerbosari
Kalurahan Gerbosari

Kap. Samigaluh, Kab. Kulon Progo, Provinsi DI Yogyakarta

Selamat Datang Di Website Resmi Kalurahan Gerbosari, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo

Inovasi melawan kekeringan

Administrator 06 September 2019 Dibaca 469 Kali

Kekeringan masih melanda di beberapa daerah dan selalu menjadi masalah yang perlu solusi. Seperti halnya Pedukuhan Sumbo Desa Gerbosari, sejak zaman dulu sampai kira-kira 9 (sembilan) tahun lalu hampir setiap tahun ada masa-masa kesulitan air. Sebenarnya ada mata air besar dan melimpah dan tidak pernah kering walaupun musim kemarau tapi karena letaknya di pedukuhan sebelah bawah, maka hanya beberapa Kepala Keluarga yang dapat mengambil air melalui selang. Pada musin penghujan penduduk mengambil air dari mata air dari lereng pegunungan menoreh yang langsung berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dengan jarak kira-kira 2 (dua) kilo mete secara grafitasi, namun pada musim kemarau mata air itu makin kecil sehingga aliaran air tidak mampu lagi sampai ke perkampungan penduduk, sehingga mau tidak mau harus mengambil dari mata air yang ada di pedukuha sebelah bawah. Pada umumnya masyarakat mengambil air pakai drigen, ada yang 'disunggi' (membawa diatas kepala), ada yang 'dipikul' (membawa pakai pundak) ada yang pakai motor bagi yang punya motor, atau membayar orang untuk mengambilkan air pakai motor.

Tepat Tahun 2010 semua cerita kesulitan air itu sirna setelah ada stimulan dari Dinas Perkebunan Daerah Istimewa Yogyakarta dan didukung Pemerintah  Desa Gerbosari untuk membuat jaringan air dengan sistem Jetpump, yaitu air dipompa ke atas sampai ke penduduk paling atas kira-kira 750 (tujuh ratus lima puluh) meter dibuat bak penampung ukuran 2 x 4 (dua kali empat),  dialirkan ke bawah melalui pipa 1/2 (setengah) dim dan dialirkan per rumah2 warga dengan sistem meteran. Stimulan dari Dinas waktu itu sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). nominal itu belum cukup sehingga  warga masyarakat denga sukra rela swadaya Rp 300.000,- (tiga ratus rubu rupiah)/per kk disamping swadaya tenag untuk membangun jaringan itu mulai dari menggali tanah  kedalaman 2,5 m seluas Bus beton untuk menempatka pompa jetpumt. Karena sistem jepump menggunakan tenaga listrik maka warga yang memakai air membayar iuran sebesar Rp 1.000,- (seribu rupiah)/ meter kubik air, yanag dibayar setiap 1 lapan (35 hari) sekali melalui pertemuan rutin.

Pertemuan rutin kelompok air itu masih berjalan sampai sekarang yaitu setiap malam Jumat Wage jam 19.00 WIB.  Tadi malam pertemuan dilakukan di eumah bapak Moh Iwandengan agenda pembayaran iuran air dan menampung aspirasi dari semua anggota pemakai air, yang saat ini tidak hanya dari pedukuhan Sumbo sa, namun beberapa warga pedukuhan Tlogo ikut bergabung untuk memanfaatkan air dari mata air Mali Manggis. Semoga disemua daerah yang kesulitan air juga mendapatkan solusi, sehingga terwujut baldatun toyyibatun warobbun ghofur. Red-wit

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image