Hernindya Wisnuadji | Pegiat Smart Branding Desa
Setidaknya ada 3 aspek yang harus terpenuhi ketika desa sebagai entitas warga yang hidup bersama dalam kewilayahan tertentu yang disebut desa bermaksud membangun inisiatif untuk penghidupan yang lebih baik. 3 aspek tersebut adalah Kelembagaan, Regulasi, dan Infrastruktur.
Kelembagaan
Sebagaimana subjek yang aktif melakukan proses inisiatif desa, Kelembagaan Inisiatif harus terbangun dari pengetahuan, dan pengelolaan pengetahuan yang berkinerja terukur menjadi satu paket dengan perubahan perilaku secara bersama-sama.
Regulasi
Aturan main yang disepakati dan dioperasionalkan bersama. Regulasi dengan beragam bentuk dan hirarkisnya dibangun sebagai alat ukur setiap pihak dalam kelembagaan inisiatif dalam bekerja.
Infrastruktur
Keragaman infrastruktur yang sudah dimiliki ataupun yang akan diadakan di masa yang akan datang harus dimanfaatkan maksimal oleh Kelembagaan Inisiatif. Infrastruktur ini dapat berupa produk teknologi dalam bentuk apapun atau sumber daya alam yang tersedia.
Baca juga:
Empon - Empon Is One Of The Superior Herbs
Mengapa Desa Herbal ?
Semua desa memiliki pengalaman dalam produksi hasil bumi dalam kategori herbal seperti empon-empon, sebagian menyebutnya apotek hidup hingga pembudidayaan tanaman jenis baru untuk menjawab kebutuhan untuk penyembuhan penyakit tertentu. Namun produksi herbal yang dikerangkai dengan pemenuhan 3 aspek inisiatif desa tersebut belum pernah ada di Indonesia. Inilah yang menarik, produk herbal boleh ada di mana-mana namun yang dikelola dengan tata kelola produksi dan marketing yang inovatif jadi tantangan bagi desa yang berdaya juang. Peluang pengembangan industri tanaman herbal ditopang oleh ketersediaaan 30.000 jenis tanaman di Indonesia namun baru dimanfaatkan 350 jenis. Potensi penjualan herbal dalam negeri mencapai 20 trilliun dan ekspor 16 triliun di 2018 (Kementrian Pedagangan 2019).
Anak Muda di posisi sebelah mana dalam melihat peluang dalam negeri dan dunia tersebut ? Tentunya anak muda dilibatkan dalam proses bersama di kelembagaan inisiatif desa. Melahirkan anak-anak muda perebut peluang hanya mungkin terjadi oleh ekosistem perebut peluang, dan ekosistem tersebut pasti miliki kemahiran pengelolaan pengetahuan yang mumpuni.
Desa Gerbosari sudah memiliki inisiatif awal yang sudah berbeda dengan desa lainnya. Pengelolaan destinasi wisata Suroloyo dan Agrowisata Krisan adalah ketrampilan yang lahir dari proses panjang yang telah membangun karakter melayani ribuan orang yang berkunjung. Ekosistem pembeda dari desa lainnya sudah dimiliki Gerbosari.
Hadirnya produk teknologi informasi berupa smartphone di hampir tiap keluarga warga desa telah mulai dimainkan untuk mendukung inisiatif desa. Ini juga hal baru yang tidak banyak dilakukan oleh desa lainnya. Pengelolaan pengetahuan itu membutuhkan instrumen dan smartphone adalah instrumen paling tepat untuk membagikan pengetahuan dan alat untuk membangun diskusi yang efektif. Web Desa sebagai portal pengetahuan sudah dibuktikan oleh tim inisiatif di fase awal yang diperkenalkan ke segenap warga dengan pola penyebaran link artikel. Pola tersebut adalah gaya anak muda. Gerbosari membuktikan cita cita penemu World Wide Web, Berners-Lee, 30 tahun yang lalu, untuk tujuan mulia yakni melayani umat manusia.
Pengelolaan pengetahuan terus menapaki prosesnya di Gerbosari. Apabila proses daur belajar refleksi-rencana-aksi-evaluasi-rencana-aksi-evaluasi-refleksi oleh kawan-kawan Gerbosari tetap on the track, bukan isapan jempol kalau Gerbosari benar menjadi Desa Herbal yang pertama di Indonesia yang berdaya saing merebut pasar global yang mencapai US$ 60 milyar tiap tahun itu.